cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003" : 6 Documents clear
RESPON RAMI TERHADAP DOSIS DAN APLIKASI PUPUK MIKRO DAN DOLOMIT DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH ADJI SASTROSUPADI; BUDI SANTOSO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v9n4.2003.121-128

Abstract

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Instalasi Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Karangploso, Malang pada bulan September 1998 sampai dengan Agustus 1999. Tujuan dai penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk dai unsur hara mikro, dolomit dan waktu pembeian terhadap petumbuhan dan hasil serat rami pada tanah gambut Berengbengkel Kalimantan Tengah. Perlakuan disusun secara faklorial dalam ancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Faktor I berupa paket dosis pupuk yang terdii atas lima dosis yaitu d,. 30 g dolomit per pot ; d2. 50 mg CuSO, ♦ 50 mg ZnS04 + 50 mg MnS04 + 30 g dolomit per pot ; dj. : 100 mg CuS04 + 100 mg ZnS04 + 100 mg MnS04 + 30 g dolomit per pot ; <U 50 mg CuS04 + 50 mg ZnS04 + 50 mg MnS04 + 15 g dolomit per pot; dan d, TOO mg CuS04 + 100 mg ZnSO, + 100 mg MnS04 + 15 g dolomit per pot. Faktor II berupa tiga waktu pemberian pupuk mikro yang terdii atas tiga taraf yaitu w, : dibeikan setiap habis di panen (setiap umur 60 hari sekali tanaman rami dipanen , dipotong pada pangkal batang); w2: dibeikan setiap dua kali dipanen ; dan wj: dibeikan setiap tiga kali dipanen. Klon rami yang ditanam adalah Pujon 10. Panjang stek rhizome yang ditanam 8 cm. Tanah gambut, dolomit dan pupuk kandang dicampur secara merata. Pot-pot plastik wana hitam diisi campuran media tersebut dengan takaran sebanyak 20 kg/pot. Pot-pot ini merupkan unit percobaan. Pot-pot diletakan dengan jarak 75 cm x.40 cm. Pupuk dasar (1.5 g urea + 1.0 g ZA + 1.0 g SP-36 + 1.0 g KCI)/pot/panen + 100 g pupuk kandang (kotoran kambingj'pot'tahun Pupuk kandang dan dolomit diberikan hanya sekali saja pada permulaan tanam Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil serat kasar (china-grass) tertinggi diperoleh dari total panenan II, III dan IV sebesar 8.62 g/pot yang dihasilkan dai perlakuan 100 mg CuS04 + 100 mg ZnS04 + 100 mg MnS04 /pot dan 30 g dolomit dengan pembeian pupuk setiap kali dipanen.Kata kunci: Lahan gambut, dolomit, rami (Boehmeria nivea) ABSTRACT Response of ramie to the dose and application of micro element and dolomite in peat soil Central KalimantanThe experiment was conducted at the glass house of Ihe Research Institute For Tobacco and Fiber Crops, Karangploso, Malang from September 1998 to August 1999. The purpose of this expeiment was to ind out the dose of micro element, dolomite and time of application of fertilizer on the growth and iber yield of ramie in peat soil of Berengbengkel, Central Kalimantan Province. The treatment was arranged factoially in a completely randomized design with three replications. The irst factor was ive kind of fetilizers d|. : 30 g dolomite per pot ; di. 50 mg CuS04 + 50 mg ZnS04 + 50 mg MnS04 * 30 g dolomite per pot; dj. : 100 mg CuSO< + 100 mg ZnSO. * 100 mg MnS04 * 30 g dolomite per pot ; <U 50 mg CuS04 + 50 mg ZnS041 50 mg MnS04 + 15 g dolomite per pot; and d5 MOO mg CuS04 ♦ 100 mg ZnS04 * 100 mg MnS04 + 1J g dolomite per pot. The second factor was time of fetilizer application Wj : every harvesting ; w2 : every two times of harvesting , and wj : every three times of harvesting. The rhizome of ramie wilh 8 cm length size was used in this experiment. Black plastic pots were illed with 20 kg peat soil. These pots were the experiment unil. The peat soil, dolomite and farm manure were mixed evenly. The pots were arranged in a space 75 cm x 40 cm Basic fetilizer was 1.5 g urea * 1.0 g ZA + 1.0 g SP-36 • 1.0 g KCI) potliarvcsling ♦ 100 g farm manure pot/year. Dolomite and farm manure were applied at earl) planting. The result showed that the highest tolal fiber yield of harvest II, III and IV 8 62 g/pot was achieved by applying 100 mg CuSO< + 100 mg ZnS04 + 100 mg MnSO*/ pot/harvesting and 30 g dolomite/pot/year.Key words : Ramie, Boehmeria nivea, peat soil, dolomite
REKAYASA TEKNOLOGI MESIN PENGERING RIMPANG JAHE AGUS SUPRIATNA S.; DJAJENG SUMANGAT; nFN RISFAHERI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v9n4.2003.148-156

Abstract

Jahe gajah adalah tanaman obat yang sangat potensial dalam industri makanan, minuman maupun obat-obatan. Dalam proses pengolahannya memeriukan pcnanganan yang baik dalam rangka mempertahankan mutu produk yang dihasilkan. Salah satu proses yang sangat penting dan erat kailannya dengan mutu produk tersebut adalah pengcingan Pengcingan merupakan aspek penting dalam upaya pengawetan bahan dan mencegah terjadinya pencemaran oleh jamur atau patogen yang dapat menurunkan mutu bahan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun mesin pengering rimpang jahe sebagai bahan baku industi obat. Dalam jangka panjang penelitian ini dipersiapkan untuk menyediakan teknologi rancang bangun dan teknologi proses dalam pengembangan agroindusti tanaman obat, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah rimpang jahe dan aktivitas di pedesaan. Penelitian dilakukan di Bengkel Rekayasa dan di Laboratorium Pengolahan Hasil, Balittro pada bulan April - Desember tahun 2002. Metode yang digunakan meliputi perancangan, pembuatan, pengujian, perbaikan, pengujian akhir dan analisis mutu. Mesin pengering impang jahe yang dirancang bangun adalah mesin pengering tipe rak yang berkapasitas S00 kg jahe iisan tiap operasi pengcingan. Sistem pemanasnya menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar dengan konsumsi 3-6 liter perjam dan dilengkapi dengan kipas untuk mendorong udara panas dengan kapasitas 102 m per menit. Kipas digerakkan dengan motor listrik bertenaga 2 HP (1440 RPM, SO Hz). Hasil pengujian dengan menggunakan 100 kg jahe gajah irisan menunjukkan bahwa lama pengcringan sampai mencapai kadar air keseimbangan adalah 13 jam. Rendemen jahe iisan kering rata-rata 13.5%, laju pengeringan 6.85 kg air perjam, dan efisiensi pengcringan 38.84%. Suhu ruang pengering 60-70"C dan kelembaban relatif 20 - 25%. Biaya pengeingan 500 kg jahe iisan jika perajangan jahe dilakukan secara manual yaitu Rp. I 022 perkg. Jika menggunakan mesin perajang, biaya pengeingan menjadi Rp. 273 per kg. Mesin pengeing layak digunakan oleh petani atau kelompok tani. Harga jual produk jahe irisan Rp.30 000 perkg jika pcrajangannya manual, dan Rp. 25 000 per kg jika pcrajangannya menggunakan mesin. Jumlah jahe gajah segar yang dibutuhkan pada titik impas (BEP) yaitu 70.107 kg-'tahun atau 292 kg perhai setara dengan luas pertanaman 2 ha jika perajangan secara manual, dan 33 357 kg/tahun atau 139 kg/hari setara dengan luas areal pertanaman 1 ha jika pcrajangannya menggunakan mesin.Kata kunci: Jahe, simplisia, alat pengeing, irisan, perajangan manual, perajangan mesin ABSTRACT Technology of sliced ginger dryerGinger is a medicinal crop which is very potential as raw mateial in food, drink, and medicinal industry. Drying is an important aspect of its processing to preserve and protect it from fungi or pathogens which can decrease its quality. The aim of this research is to design a drying machine for rhizomes of Zingiberaceae as raw mateial of medicinal industry. In the long term, this research will produce a design and process technology to develop a medicinal crops industry, so that the crops it can get an added value and increase activity in the rural area. The research was conducted al the Workshop and Post Harvest Laboratory of the Research Institute for Spices and Medicinal Crops, Bogor in April-December 2002. The methods used were designing, constructing and testing, repairing, inal testing and quality analysis. The dryer type was tray dryer with capacity 500 kg for each drying process. Drying chamber was equipped with 40 drying trays. Heating unit used kerosene with consumption rate of 3-6 l/hr. This heating system was equipped with electrical fan blower, which had capacity 102 mVminutc. This fan blower was powered by 2 HP electical motor (1440 RPM, 50 Hz). The methods were designing, constructing, testing, and product quality analysis. The result of sliced ginger drying showed that the 148 drying time to achieve the equilibrium moisture content was 13 hours. The average drying yield was 13.5% and the drying rate was 6.85 kg water/hr. In general, the drying system has drying eiciency of 38.84%. The temperature of drying chamber was 60-70 °C with relative humidity of 20- 25%. The cost analysis showed that the drying cost of resh ginger per kilogram was Rp.l 022 if drying process was carried out manually, while the drying cost using the machine was Rp. 273. This dryer is feasible to be operated by farmers or farmers groups if they arc able to sell the died product at a price not less than Rp. 30 000/kg (by manual slicing) and Rp. 25 000 (by machine slicing). The quantity of fresh ginger at BEP was 70.107 kg/year or 292 kg/day (by manual slicing), while using the slicing machine; the quantity of resh ginger at BEP was 33 357 kg/year or 139 kg/day.Key words: Ginger, simplisia, ginger dryer, manual slicing, machine slicing
PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP SIFAT AGRONOMIS SERTA KADAR Cl DAUN TEMBAKAU VIRGINIA RAJANGAN PADA TANAH VERTISOLS DI BOJONEGORO ABDUL RACHMAN; nFN MAHFUDZ
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v9n4.2003.129-140

Abstract

Percobaan lapang telah dilakukan pada tanah vetisol di Kebun Percobaan Pekuwon, Bojonegoro, dimulai Mei sampai September 1996, untuk mempelajari pengaruh populasi tanaman tembakau terhadap sifat agronomis dan kadar Cl daun tanaman tembakau Virginia yang diolah dengan cara dirajang. Tinggi tempat dari lahan percobaan 13 m dpi, dan dengan tipe iklim D. Tanah bertekstur liat dengan 80% liat, 15% debu dan 5% pasir, 0.62% C-organik, 0.10% N, dan pH 8.20. Percobaan disusun dalam ancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari enam laraf populasi tanaman tembakau (12 000; 18 000; 24 000; 36 000; 48 000, dan 60 000 tanaman per ha atau setara dengan 144, 216, 288, 432, 576, dan 720 tanaman per petak). Ukuran petak 12 m x 10 m. Dalam percobaan ini akan dipelajari pula pengaruh bentuk hasil (rajangan dan krosok) terhadap kadar Cl daun. Sepuluh tanaman per petak diolah secara lue-cuing di dalam oven mini, untuk dianalisis kadar Cl daunnya. Varietas tembakau adalah DB 101. Hasil dan indeks tanaman masih terus meningkat sampai populasi tetinggi, sedangkan mutu dan rendemen tidak terpengaruh oleh peningkatan populasi. Peningkatan populasi sebaliknya menurunkan ukuran daun, bobot tiap daun, tinggi tanaman, lingkar batang, dan jumlah daun yang dapat dipanen. Berdasar hasil, mutu dan mudahnya pengelolaan di lapang populasi yang optimal adalah 24 000 tanaman per ha, untuk tembakau Virginia rajangan di Bojonegoro. Peningkatan populasi hanya berpengaruh pada kadar Cl daun atas saja. Sedangkan bentuk hasil tembakau ajangan dan krosok tidak berpengaruh pada kadar Cl daun.Kata kunci: Nicotiana tabacum, tembakau. tembakau Virginia rajangan, populasi tanaman, vertisols, sifat agronomis, kadar Cl, bentuk olahan ABSTRACT Effect of plant population on agronomic characteristics and leaf Cl content of sliced Virginia tobacco grown in vertisols of BojonegoroThe expeiment was conducted in vetisol soil of Bojonegoro in 1996 to study the effect of plant population on agronomic characteistics and Cl content of sliced tobacco leaves. The experiment was site located 13 m above sea level, with D climatic type. The soil characteristics were clay texture with 80% clay, 15% silt and 5% sand, 0.62% C-organic, 0.10 % N, and pH 8.2. The treatment consisted of six plant populations (12.000 up to 60.000 plants per ha equal with 144, 216, 288, 432, 576, and 720 plants per plot) was arranged in a randomized block design, with four replications. Plot size was 12 m x 10 m. Plant population per plo( based on the six treatment levels. For Cl content analysis, 10 plants plot was also taken to be processed with lue-curing method in mini oven. Tobacco variety was DB 101. Yield and crop index increased steadily as plant population increased up to the highest plant population. However the increase in plant population decreased the size, weight, number of leaves, and plant height. While grade index, percentage of dry to fresh leaf yield and Cl content of lower and middle leaves were not affected by the increase in plant population. Base on yield, quality, and easier management, the recommended plant population was 24 000 plant per ha. The increase in plant population only affected the Cl content of upper leaves. The form of sliced and lue-cured tobacco leaves did not affect the Cl content of (he leaves.Key words : Nicotiana tabacum, tobacco, sliced Virginia tobacco, plant population vetisols, agronomic characteristic, Cl contcnl, product form
IDENTIFIKASIWERENG PUCUK JAMBU METE , Sanurus indecora DAN BEBERAPA ASPEK BIOLOGINYA nFN SISWANTO; E. A. WIKARDI; E. KARMAWATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v9n4.2003.157-161

Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir tanaman jambu mete di NTB diserang oleh wercng pucuk. yang semula dikenal sebagai Lawana sp. atau L. Candida. Penamaan tersebut tidak tepat karena tidak didukung oleh penelitian taksonomi yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serangga wereng pucuk tersebut berdasarkan ciri morfologi serta mcmpelajari beberapa aspek biologinya. Identiikasi dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Cibinong dari September - Nopember 2002, sedang pengamatan lapang di lakukan di daerah Lombok, NTB pada tahun 2001-2002. Dai identifikasi terhadap serangga contoh yang diambil dai beberapa lokasi di Lombok, NTB dapat disimpulkan bahwa wereng pucuk jambu mete tersebut adalah Sanurus indecora Jacobi. Beberapa cii utama serangga ini antara lain pada bentuk dan venasi sayap depan (legmen), jumlah spina (duri) lateral pada tibia kaki belakang, bentuk carina pada frons (muka bagian atas) dan bentuk aedeagus (genitalia jantan). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa daerah sebaran serangga tersebut terdapat di daerah Lombok dan Sumbawa, mempunyai banyak inang antara lain mangga, jeruk, krotalaria, jarak, rambutan, bougcnville dan nangka, siklus hidup 3 -4 minggu, seekor imago mampu meletakkan telur 80 butir atau lebih serta mempunyai beberapa musuh alami antara lain parasitoid telur, Aphanomerus sp. dan jamur entomopatogen, Synnematium sp. dan atau Hirsulella citriformis.Kata kunci: Wereng pucuk, jambu mete, Sanurus indecora ABSTRACTIdentiication of cashew shoot hopper, S. indecora and its biological aspectsIn the last few years, cashew plantations in West Nusa Tenggara has been attacking by shoot hopper, which formerly known as Lawana sp. or L. Candida. The naming was incorrect as there was not supported by accurate taxonomic study. The research was aimed at identifying the insect based on its morphological characteristics and studying its biological aspects in the ield. Identification was carried out in Balittro (Research Institute for Spice and Medicinal Crops), Bogor and Biological Research and Development Centre LIPI, Cibinong from September Nopember 2002, while ield observation was carried out in Lombok, NTB duing 2001-2002. Identification result showed that the shoot hopper is Sanurus indecora Jacobi. Some important characteristics of the insect arc the form and venation of tegmen, number of metatibial spina, form of carina on the frons and Ihe aedeagus. Results of the ield observation showed that the insect spreads in Lombok and Sumbawa. The alternative host plants are mango, citrus, Crolalaria, Ricmus commums, rambutan, Bougenville and Jackfruit. Its life cycle is 3 -4 weeks, female could lay 80 eggs or more. They have some natural enemies such as egg parasitoid, Aphanomerus sp. and entomopathogen fungi. Synnematium sp. or Hirsulella cilnformts.Key words : Shool hopper, Anacardium occidentale. Sanurus indecora
ANALISIS KEBERLANJUTAN ADOPSI KAPAS TRANSGENIK DI SULAWESI SELATAN Agus Wahyudi; Syahrial Taher; Rahmi Watt
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v9n4.2003.135-140

Abstract

Adopsi Kapas transgenik yang diinlroduksi secara terbatas sejak tahun 2000 di tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan perlu dicvaluasi kebcrlanjutannya Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi peluang keberlanjutan petani dalam mengadopsi kapas transgenik di daerah introduksi yaitu tujuh kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Kerangka penelitian yang digunakan adalah peluang keberlanjutan adopsi dipengaruhi oleh karaktcr subyek, karaktcr inovasi, dan lingkungan fisik dan sosial. Dengan kriteria sebaran dan luas kapas transgenik, pola sebaran curah hujan, dan waktu panen maka daerah yang terpilih adalah Kabupaten Bantaeng, Takalar, Gowa, dan Bulukumba, dan penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2002. Metode pengambilan contoh petani digunakan metode acak sederhana, karena homogenitas Icarakter yang diinginkan relatif tinggi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda yang pendugaannya dengan metode maximum likelihood. Hasil analisis menunjukkan bahwa lebih dai 50% petani berpeluang untuk bcrhenti mengadopsi. Hal ini antara lain disebabkan ketidakmampuan petani untuk menanggung resiko usahatani kapas transgenik yang tinggi, sedang pendapatan yang diharapkan kurang stabil. Selain itu adopsi berpeluang besar akan berlanjut di daerah yang iklimnya sesuai dan kompatible dengan musim dan pola tanam yang ada.Kata kunci: Kapas transgenic, adopsi, keberlanjutan, resiko usahatani, pendapatan ABSTRACTAnalysis of sustainability of transgenic cotton adoption in South SulawesiThe adoption of transgenic conon that has been introduced since 2000 in seven regencies of South Sulawesi need to be evaluated further. The objective of the study was to analyze factors which influenced the adoption of transgenic cotton by the farmers in the introduction area. The research frame used is sustainability of adoption depend on characteistics of subjects and innovation and physical and social environment. Citeia used to determine research area were distribution and coverage of transgenic conon farms, distibution pattern of rainfall, and time of harvest. The area chosen were Regency of Bantaeng, Takalar, Gowa, and Bulukumba. The sampling method used was simple random sampling, since the population was relatively homogen. The results of the analysis indicated that more than SO % of the farmers had a chance to stop adopting the transgenic conon. Il happened because the farmers were uncapablc to take the isk of transgenic coton farming which was very high, while the income rom this farming was not stable. However, the adoption of transgenic cotton is potential in the area where the climate is suitable and compatible with the seasons and existing farming system.Key words: Transgenic coton, adoption, sustainability, farm risk, income
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHATANI JAMBU METE DI SULAWESI TENGGARA INDRAWANTO, CHANDRA; WULANDARI, SUCI; WAHYUDI, AGUS
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v9n4.2003.141-147

Abstract

Metode AHP (analytical hierarchy process) digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani jambu mete. Data dikumpulkan melalui wawancara secara mendalam dengan para ahli mete dan melalui wawancara terstruktur dengan petani jambu mete di empat desa dalam dua kecamatan di Kabupaten Kendari dan di empat desa dalam dua kecamatan di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara yang dilaksanakan pada bulan Mei 2002. Hasil analisis menunjukkan ada 12 faktor penentu yaitu modal, tenaga kerja, sarana produksi, lahan, teknologi, managerial, lembaga pemasaran, transportasi, informasi pemasaran, kelompok tani, penyuluh dan lembaga keuangan. Empat faktor, yaitu tenaga kerja, sarana produksi, lembaga pemasaran dan transportasi bcrada dalam kondisi dapat diterima. Tiga faktor yaitu modal, lahan dan kelompok tani bcrada dalam kondisi sangat buruk, sedangkan lima faktor lainnya berada dalam kondisi buruk. Dilihat dari nilai kcpentingannya, tiga faktor yaitu modal yang kondisinya sangat buruk, teknologi dan informasi pemasaran yang kondisinya buruk, memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Ha] ini menunjukkan pioritas pembenahan usahatani jambu mete harus diarahkan pada ketiga faktor tersebut.Kata kunci: Anacardium occidentale L, usahatani, faktor penentu ABSTRACT Analysis of determinant factors in cashew farming performance in Southeast SulawesiAnalytical hierarchy process (AHP) method was applied to analyze determinant factors in cashew farming performance. Data were collected through indepth interview with cashew experts and through structured interview with cashew farmers in four villages in two districts in Kendari Regency and in four villages in two districts in Buton Regency, Southeast Sulawesi in May 2002. The results showed that there were 12 determinant factors, i.e. the availability of capital, labour, input production, land condition, technology, managerial, market institution, transportation, market information, farmers institution, farming instructor, and financial institution. Four factors, labour, input production, transportation and market institution are in fair condition. Three factors, capital, land and fanners institution were in very poor condition. And the rest ive factors were in poor condition. The effort to increase the cashew farming performance has to be focused on capital, technology and market information factors which are in poor or very poor conditions and are crucial determinants.Key words: Anacardium occidentale L, farming, determinant factors

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2003 2003


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue